Tertulis : “Herman Willem Daendels mendarat di Anyer 5 Januari 1808.”Berawal dari Anyer. Tepat dua ratus tahun yang lalu. Dari mana ia datang, dimana ia mendarat?

Lukisan Pantai Anyer (Charles William Meredith van de Velde, digambar antara tahun 1843 - 1845.
Anyer, saat ini merupakan kota Kecamatan Anyar, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Seperti kota tua lainnya, pemukiman didirikan di sekitar muara sungai. Pemukiman penduduk pada masa itu, barangkali hanya ada di sekitar muara sungai kecil di utara pasar Anyer saat ini. Di situ kini ada Kantor Pelabuhan, dan Tempat Pelelangan Ikan. Di bagian selatan pasar dibatasi pula oleh sebuah sungai yang lebih kecil lagi.
Pada bulan Januari 1808, laut selat Sunda tidak begitu tenang (seperti umumnya keadaan laut pada akhir hingga awal tahun berikutnya). Berkemungkinan besar Daendels mendarat dengan sekocinya di muara sungai ini, pada sebuah kampung kecil Anyer dan memulai perintahnya, melebarkan dan membangun jalan raya dari Anyer ke Panarukan. Ruas jalan Anyer Cilegon ruas pertama yang dilebarkan hingga 7 meter (7,5 meter).
Landmark Anyer ketika itu adalah sebuah Mercu Suar, 5,4 km di selatan perkampungan Anyer. Pasti sudah ada jalan mengarah ke Mercu Suar pada saat itu. Oleh sebab itu, mungkin, seolah ada kesepakatan (oleh siapa?) yang menyatakan bahwa Jalan Raya tersebut penghitungan awal pelaksanaannya berlokasi di tapak Mercu Suar tersebut. Mercu Suar ini sudah ada pada tahun 1883. Tetapi apakah ia sudah dibangun pada 1808?. (Ada yang bilang dibangun Portugis tahun 1802).
Perlu diingat bahwa semua bangunan di ruas jalan raya Anyer-Cilegon yang berbatasan atau dekat dengan laut, termasuk Menara Suar di selatan Anyer itu, musnah dilanda tsunami akibat meletusnya gunung Krakatau pada Agustus tahun 1883. Kalau membandingkannya dengan yang terjadi di Aceh 2004, tidak bisa dibayangkan akibatnya pada lingkungan jalur jalan ini. Karena, tsunami yang diakibatkan letusan krakatau, katanya, jauh lebih besar. Di bekas tapak mercu suar lama itulah dibuat sebuah tugu Kilometer 0, Anyer-Panarukan (dan diberi angka tahun 1806 (belum tahu tahun apa yang dimaksud?). (Disebelah tapak suar lama itu ada juga tapak fondasi suar sementara yang dibangun 1884, sebelum diganti dengan suar Cikoneng 1885 yang permanen).

“0 KM, ANYER PANARUKAN, 1806 (?).
”Kini, Mercu Suar “Cikoneng”, yang dibangun pada tahun 1885, 100 m di barat bekas fondasi mercu suar yang lama menjulang setinggi 61 meter, menjadi salah satu landmark Anyer. Begitupula, pembangunan dan tata ruang kota Anyer, disusun dan pembangunan selanjutnya dilakukan setelah musibah Agustus 1883 itu.

Suar Cikoneng
Dari fondasi Mercu Suar lama, KM 0, Jalan Raya Pos langsung mengarah ke Anyer. “Menyusuri dan mengamati jalan di perkampungan Anyer, boleh dikatakan bahwa jalur Jalan Raya Pos 1808, berada pada jalur jalan yang ada di tengah perkampungan itu (lihat peta) (apa iya?)”.

Pengembangan pembangunan sampai 200 tahun setelahnya, menggeser jalan tersebut kepada jalan yang ada sekarang. Kemudian ruas ini berlanjut hingga Cilegon. Pembangunan rel kereta api yang berpotongan dengan ruas jalan pada jalur jalan ini, juga menggeser letak asli jalan seperti kita temukan pada berbagai perpotongan jalan raya dan rel kereta api. Kira-kira begitu deh.

Sejak itu, perjalanan darat di Pulau Jawa mulai mengalami perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar