Jumat, 11 Mei 2012

Besok Ya



-----


Besok ya?



Bayangkan, engkau, orang kampung yang telah berpuluh tahun tinggal di Ibu Kota, sedang pulang kampung.

Di satu kedai kopi, tanpa rencana, engkau bertemu dengan teman sekampungmu, yang dahulu pernah engkau kenal, atau tidak begitu engkau kenal, atau tidak pernah engkau kenal sama sekali. Mungkin ia teman saudaramu, atau mungkin satu sekolah ketika kecil dulu, atau mungkin juga siapa entah.

Ia kelihatan sama beruntungnya denganmu karena masih sama-sama hidup. Tetapi, secara umum, meski tidak selalu benar, engkau yang tinggal di Ibu Kota akan dianggap memiliki peruntungan yang lebih baik. Apalagi, engkau tentu tidak terlalu mengharapkan akan bersua dengan mantan pejabat daerah atau pengusaha daerah, yang beruntung dan sudah cukup mapan, yang engkau kenal, duduk bersama berlama-lama di kedai kopi. Para mantan pejabat dan pengusaha daerah memiliki kegiatan dan kebiasaan sendiri, dan mereka lebih memilih mengunjungi tempat lain, tentunya. Kalau tidak ada keperluan, mereka menghindari kedai kopi.

Ia menyapa, menghampirimu, menyalamimu dengan ramah. Engkau menyalaminya, dan berusaha lebih ramah lagi. Ia bertanya hal-hal sepele yang tidak perlu.

Bertanya : "Kapan datang?", engkau jawab : "Kemarin".

"Bagaimana keadaanmu?", engkau jawab : "Baik-baik saja".

Menanyakan, datang dengan siapa, siapa-siapa yang dikenal, siapa yang masih hidup, siapa yang sudah tiada, engkau jawab sebisamu.

"Kapan pulang ke Ibu Kota?", engkau jawab : "besok".

"Nginap dimana?", "Pulang naik apa?".

Dan pertanyaan lain sebagainya.

Dan, selain menjawab, sebaliknya juga, engkaupun meningkahi dengan mengajukan pertanyaan yang hampir serupa urusannya.

Urusannya : tidak ada keperluan.

Percakapan beralun.

Mungkin, percakapan silaturahmi istilahnya, percakapan yang tanpa urusan. Hanya menjalin hubungan hati, sebentar saja, tidak akan membuang waktumu. Percayalah.

Lalu, kalau engkau suka, engkau dapat menawarkan padanya untuk duduk minum bersama, atau mentraktir dia, atau yang lain sesuai keinginan hatimu. Kalau engkau berkenan, dan suasana yang engkau baca mengharuskan, ada baiknya engkau selipkan uang beberapa lembar ke sakunya, atau dapat engkau genggamkan padanya ketika berjabat-pisah nanti. Bukankah engkau dianggap memiliki peruntungan yang lebih baik.

Meskipun begitu, ada kemungkinan dia akan melakukan hal yang sama, mendahuluimu, menawarkanmu hal-hal yang serupa, bahkan melakukannya lebih cepat dari yang engkau kira akan engkau lakukan. Bisa engkau biarkan saja, atau, kalau memungkinkan, engkau tolak dengan penuh sopan santun.

Engkau boleh juga melakukan sesuatu yang serasa kena atau serasa disepakati dalam hati. Atau lakukan apa pun yang engkau pikir pantas. Apa saja, agar tetap dapat mengembangkan kegembiraan pertemuan.

Akhirnya, engkau bersalaman lagi. Dengan bahasa tubuh, menunjukkan gelagat akan berpisah, dan, engkau dan dia saling sefaham.

Sebagai tanda akan berpisah ia memberi senyum hangat.

Karena tidak ada kata yang akan diucapkan sebagai kata penutup, ia seadanya mengucapkan : "Besok ya"

Engkau pun memberi senyum kecil, meski tanpa tahu apa arti - besok ya. Tapi engkau merasa mengerti. Senyummu engkau sertakan dengan tatapan yang berhati mengakhiri pertemuan.

Ia berlalu.


Tidak ada apa-apa sih, besok.


Karena hanya rekaan.

Jadi, jangan bayangkan apa-apa.


-----


Ada apa ya besok?


Tidak ada apa-apa. Hanya saja, kalau besok engkau masih hidup, mungkin itulah dia arti kata - besok ya.

Dan itu ada baiknya buatmu.


Karena, besok, kalau masih ada umur, engkau, orang kampung yang telah berpuluh tahun tinggal di Ibu Kota, yang sedang pulang kampung, akan dapat menemui dia lagi di tempat yang sama, atau di sekitarnya, meski tidak direncanakan.

Besok, engkau akan sangat ingin menemuinya, mungkin, dan mudah-mudahan, sama dengan keinginannya untuk menemuimu.

Pertemuan sekejap saja cukuplah, reka hatimu.


Besok.


-----


Ya.

Besok.

Kapan pun itu.


Karena besok itu sendiri, sebagai ruang waktu, bagimu sama pentingnya, atau bahkan jauh lebih penting dari semua yang lain. Apalagi ketika segala sesuatu menjadi semakin tidak penting.

Tanpa besok, tak ada yang lain.



Besok ya?



Salam saya.
12 Mei 2012.
Mengenang kawan sekampung.


-----

Tidak ada komentar: