Tak Bergeming
Kita tahu ada beberapa yang senang mengungkapkan dengan kata-kata : ”Tak bergeming,” untuk yang, menurut Kamus, seharusnya : “Bergeming.”
Bahasa adalah rasa kata-kata.
Jadi rasa bahasalah yang menjadi tekanan dalam pengucapan kata.
Mengucapkan : “Tak bergeming”, rasanya pas dan cukup banyak digunakan, dan Kamus mengatakan bergeming-lah yang benar.
Kata ‘alih-alih’ dalam posting Kelana Bahasa terdahulu memiliki rasa keterkejutan dan Kamus mengatakan, tidak usah terkejut, itu berarti kebalikannya.
Begitulah, ada unsur penghapusan lema dalam Kamus, satu contoh akan ditiadakannya kata “Perhati”. Pemutakhiran, perubahan, pengurangan dan penambahan, adalah hal yang biasa dalam bahasa.
Pada akhirnya, para penyusun Kamus, yang, mungkin, biasanya mengamati penggunaan kata-kata pada berbagai media, dapat menentukan mana yang benar dan mana yang salah dengan berbagai keahliannya. Namun, pengguna bahasa, kadang-kadang, menggunakan apa yang mereka rasa benar hanya dengan rasa.
Jika bahasa adalah rasa kata-kata. Tentu akan kita makan tanpa memikirkan arti kata yang sebenarnya : “Mak nyusss.”
Seharusnya masakan yang enaklah yang akan sering dikonsumsi. Lagipula, bukankah dalam hukum bahasa banyak ditemukan berbagai pengecualian yang dibolehkan, atau diperbolehkan.
Lalu, kita lanjut, ke Kelana Bahasa berikutnya.
Sabtu, 20 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar