Tukang Ojek Sampit
Sepanjang pesisir Kalimantan Tengah, kata dia, tukang ojek itu, semua orang asli adalah masyarakat dayak, mereka yang bermukim di sepanjang tepian sungai-sungai, mulai dari sungai Lamandau di sebelah barat hingga Barito di sebelah timur
Dia sendiri katanya ada darah dayaknya.
Dayak di sebalah barat rada gelap kulitnya, kalau dayak yang banyak kuning/putihnya yang gadisnya cukup terkenal itu ada di kawasan timur laut, hulu Barito.
Lalu, cerita minyak dayak. Minyak Dayak katanya, jika digosokkan pada alis mata, sekaligus dengan jari tengah dan jempol dari pusat kening ke arah pelipis. Niscaya orang tersebut akan dirasuk keinginan membunuh. Jika tidak segera membunuh sesorang ia akan menderita gatal-gatal pada seluruh tubuhnya. Gatal yang amat sangat, bahkan akan dapat membuat daging-daging yang melekat di sekujur tubuh terurai oleh penyakit itu. Maka membunuhlah.
Apabila sasaran yang dituju ada dalam serombongan atau kelompok orang, ia akan mampu membedakan sasaran dari orang lainnya kerumunan tersebut. Katanya lagi, dibedakan dari baunya, sesetengahnya lagi mengatakan dari penglihatannya. Ia akan melihat sasaran seolah-olah seekor sapi.
Kalau sasaran bersembunyi di semak-semak atau kebun atau ladang. Maka ia akan menaburkan beras kunyit, sambil memanggil-manggil sasaran, seperti petani akan memberikan makan ayam peliharaannya : “kuur, kuur, kuur.” Memanggil jiwa, katanya. Maka sasarn akan segera mendatangi pemanggil, datang segera dari tempat persembunyiannya.
Awalnya, kata sang ojek : “Ada spanduk mengklaim kota ‘Sampit’ sabagai kota kedua mereka. Dengan kekuatan-kekuatan yang mempersulit kehidupan masyarakat setempat.”
Hotel Rama yang sekarang berganti nama menjadi Hotel Asoka, menjadi tempat pusat kejadian-kejadian termasuk hutan kota di sekitar alun-alun Sampit. Beting sungai sepanjang jalan dari Arah Hotel Asoka ke arah utara, hingga Bandara H Asan, juga menjadi saksi bisu huru-hara awal 2000.
Hingga kini jalur ini terkesan tenang meski bagi sebagian orang sangat penuh kepedihan.
Yang jelas kata sang tukang ojek lagi : “Orang-orang yang kaya dapat segera menyelamatkan diri, tinggallah mereka yang tergolong miskin dan anak-anak yang tidak berdosa yang banyak menanggung penderitaannya.”
Saat ini, semuanya biasa-biasa saja. Hanya, kurang enak menceritakan hal-hal itu. Sangat perit, meski bagi seorang dayak tukang ojek sekalipun. Tapi begitupun, ojek semestinya harus jalan terus kata sang tukang ojek berfilsafat.
Sumber : Tukang ojek Sampit.
Lokasi : Terminal Sampit
Sabtu, 20 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar