Kamis, 29 November 2012

Kabut Perang




Kita melihat apa yang kita percayai. Sampai kita salah melihat, dan sadar telah mempercayai yang keliru.

Akhirnya.

Kita semua membuat kesalahan.
Karena, akal budi kita memang sangat terbatas.

Jadi.

Uji ulang selalu pemikiranmu.

Meskipun engkau menjawab hanya pertanyaan yang ingin engkau jawab.

Jangan pernah katakan 'tidak akan'.


Karena setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda. Bahkan, engkau sendiri pun memiliki beberapa di saat yang berbeda.

Dan, engkau tidak dapat mengubah sifat-sifat manusiawimu.


Teruslah berusaha hingga engkau menemukan jalan awal dimana engkau memulai usahamu.



29 November 2012.
Sumber :
Film "The Fog of War". Kata-kata Robert Strange McNamara.

Rabu, 28 November 2012

Jujur Benar Adil

Manakah yang lebih dahulu : Kejujuran, Kebenaran, atau Keadilan.

29 November 2012.

Minggu, 25 November 2012

Alasan Dan Kebenaran




Semua beralasan.

Tapi.

Semua alasan tidak benar.


Kebenaran itu seperti seni.

Sangat tergantung pada yang melihatnya.

'Is in the eye of the beholder' katanya.

Masing-masing kita melihatnya sesuai dengan keinginannya sendiri.


Free will.

Sesuka hatimulah.



25 November 2012.

Sabtu, 24 November 2012

In Sya Allah







24 November 2012
Sumber : BB Message

Jumat, 23 November 2012

Alasan Dan Penjelasan




Astaga.

Berjalan ke masa lalu.

Semuanya terjelaskan.

Dan itulah yang harus dipertanggungjawabkan.


Saat ini.

Maupun masa lalu.

Semua, terjelaskan dan beralasan.

Sayangnya, semua penjelasan dan alasan tidak ada yang benar.

Namanya saja alasan.

Semua serba bersalahan.


Bukankah kebenaran tidak menipu.

Astaga.



24 November 2012.

Sampai Tua



Penting.

Mengapa menunggu sampai pada tua, bahkan renta, baru segala sesuatu terlihat semakin tidak begitu penting.



24 November 2012.

Rabu, 21 November 2012

Kinabalu Trail



Sekali-sekali pergilah naik ke gunung.

Rasakan.




Kinabalu Trail




Pos Awal Pendakian : Pondok Timpohon





Puncak Kinabalu



Pertengahan Juli 2012.






Kewajiban Dan Hak, Dan, Hak Dan Kewajiban




Adakah kewajiban dan hak?
Atau, adakah hak tanpa kewajiban?
Atau, ada kewajiban tanpa hak?
Kewajiban mendahului hak, atau, hak mendahului kewajiban.

Itulah.

Seolah kembar siam, satu mengikat yang lain.


Kata-kata 'kewajiban' dan 'hak'.

Mendengarkannya saja, hatiku kaku.

Mengucapkannya membuat wajahku tegang, mataku menjadi lebih tajam.

Dengan kewajiban aku tercekam.

Dengan hak aku naik darah.


Kewajiban dan hak, dan, hak dan kewajiban, memang terlalu keras dan kaku, bagi hati yang lembek, bagi jiwa yang tidak teguh.

Apakah, sebaiknya mereka tidak ada saja.


Yang membuatku terus berfikir.


Lebih lanjut. Bukankah, suatu hak bahkan dapat berubah menjadi suatu kewajiban yang nyata, yang tidak begitu berguna, atau, kewajiban mewujud menjadi hak, yang dulunya kadang sering ingin ditolak.


Aku ada didalamnya sejak mereka sudah ada dan jauh sebelum mereka berakhir.



21 November 2011.

Selasa, 20 November 2012

Gempita



Dalam gegap gempita ini.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana saja.



20 November 2012.

Jumat, 16 November 2012

Salam, Warahmatullah Wabarakatuh



18 Oktober 2012


Umat Islam di dunia dipersatukan agama. Di bulan-bulan Haji berkumpullah Muslim dari Afrika Barat, Afrika Utara, Mesir, Afrika Timur, Yaman atau Hadrim, Arab Teluk, Lebanon, Syria, Turki, Iran dan Irak, asia Tengah dan negara-negara bekas USSR, China, Afghan, anak benua Asia, dan Asia Tenggara. Bersama Muslim semua negara lainnya berhimpun di seputar Makkah-Madinah. Pengamat, tidak perlu terlalu jeli, akan dapat melihat jelas bagaimana himpunan itu berkelompok-kelompok menurut negara masing-masing, khas, dengan gaya dan bahasa masing-masing. Semuanya berkumpul dalam kelompok-kelompok, dalam satu kelompok besar. Kendala utama, bahasa. Bahasalah yang mempersatukan manusia dalam kelompok-kelompok itu.

Tapi, meski bahasa mempersatukan manusia, kelompok-kelompok tadi masih terpecah-pecah lagi dalam kelompok-kelompok kecil. Kalau dari Indonesia, Kelompok Terbang, Kloter.

Dalam Kloter, berkumpullah orang-orang sesifat yang bercocok-cocokan tabiat, dalam kelompok kecil-kecil lagi. Selama musim ini akan kita lihat, ribuan orang-orang seperti ini. Dan setelah musim Haji, kembali ke kampungnya masing-masing melanjutkan hidupnya sendiri-sendiri, di dunia nafsi-nafsi. Jarang yang melanjutkan bersilaturrahmi kembali, apalagi bersahabat sampai mati. Kecuali beberapa gelintir yang sudah sehati.

Begitulah.

Jamaah dipersatukan Islam, tetapi masing-masing longgar terpisah, berdiri sendiri-sendiri.


Salah satu kelompok Jamaah yang paling ketara adalah orang dari negara Yaman, yang kadang disebut "Hadrim," untuk menjelaskan asal Hadramaut. Kalau berjalan, berkelompok dua, tiga atau empat, bahkan lima orang. Terlihat akrab, sering para lelaki Yaman itu berjalan saling pimpin. Perawakan dan wajahnya khas, rata-rata hampir serupa. Meski diamati dengan seksama, tetap aja terlihat sama, serupa. Susah membedakannya.

Suatu saat, ketika sedang duduk tepekur tidak tahu mau berbuat apa di Masjid Nabi (betapa bodoh dan lalainya), tiga orang Yaman duduk ngebruk di sebelah kami. Salah seorang, yang sepertinya yang diutamakan diantara ketiga orang itu, menggelar Al-Qur'an di atas sebuah rehal, dan mulai membaca. Rekan-rekannya, yang patuh bagai mursyid, menyimak.



Tiga Orang Yaman


Kami minta ia membaca dengan suara agak sedikit keras agar kamk dapat ikut mendengar. Sesuatu yang tidak biasa di Masjid itu. Tapi ya, tidak apa-apa, bukankah suasana masih agak sepi dan waktu Shalat masih cukup lama. Lalu kami membuka sebuah Al-Qur'an lain dan ikut menyimak orang Yaman itu membaca Surah Azzumar.

Dengan penuh semangat, ia membaca, bacaannya cepat lancar, sambil sekali-sekali jeda, bagai guru, memberikan penjelasan apa yang dibacanya, pada rekan-rekannya dan pada kami juga, yang kami hanya dapat mengira-kira artinya. Bagaimana bacaan, qira'at, menurut istilah dia, berbeda dengan bahasa yang seharusnya, bagaimana cerita lanjut dari isi Surah yang dibacanya. Dan seterusnya. Kamk hanya mengira-ngira. Dia memang lebih mengetahui apa yang dibacanya.

Bacaan berlanjut dengan lancar, tentu saja, dia berbahasa Arab. Hanya saja, meski kami mengerti bacaannya (bukan artinya), dialeknya agak asing di telinga kamo. Rekan-rekannya menyimak. Kami menyimak sambil belajar.

Bacaan berlanjut dengan lancar. Ke Surah berikutnya, ke Surah berikutnya. Sampai suatu ketika ia menyingkirkan rehalnya ke samping, dan seketika, seolah memerintahkan rekan-rekannya sambil menekan kuduk mereka untuk bersujud. Kami pun dengan tergagap mengikuti lirikannya, yang juga bagai perintah itu, bersujud. Sujud kamk tak berbaca, sujud hanya kepada Allah.

Selesai sujud, ia memberi penjelasan sambil menunjukkan tanda yang ada di Al-Qur'an. Oo begitu, ini, kureka, inilah yang mungkin disebut sujud Syahwi itu (Belakangan kami google, barulah jelas, ya itu salah satu ayat sajadah, ayat 37 Surah Fushshilat, dan sujud itu sujud tilawah, betapa awamnya diri ini).

Ia melanjutkan bacaannya terus ke Surah-Surah berikutnya. Masih dengan bacaan bersemangat, dan kami yang menyimak juga tak surut semangat. Kami sangat terkesan dengan kesungguhannya.

Setelah berlanjut sementara waktu, jamaah Masjid bertambah, semakin ramai, waktu shalat mendekat. Orang-orang sekitar dalam kepadatan jamaah, yang tidak begitu mau mendengar, mulai gerah, masing-masing punya kesibukan ibadah sendiri, bukankah Masjid ini milik bersama. Dan ada yang bahkan berani menegur dan menasehatkan dengan halus untuk sedikit munurunkan suaranya, seperti umumnya jamaah yang lain yang sedang menekuni Al-Qur'annya masing-masing dengan tenang.

Kesukaan hati menyimak mulai berkurang, kemudian semua diselamatkan kumandang azan. Lalu, masing-masing, benar-benar sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Begitu?

Subhanallah.


Keesokan harinya, ketika kami mencoba mencari orang-orang Yaman kemarin itu, semua nampak sama. Ketika kami salami seseorang yang kami kira dia, orang tersebut terheran-heran dan mungkin mengira kami malaikat atau setan penggoda. Kami pun turut heran. Kok begini. Mereka serupa, bahkan yang paling mirip pun bukan dia. Di lautan manusia serupa ini, kami tahu kami tidak akan dapat menemuinya untuk kedua kali. Dan memang benar, kami tidak menemukannya lagi.

Kami masih terus mencari orang Yaman itu.



Samingan


Orang Yaman kami cari-cari, Samingan yang kami temui. Ia sedang duduk dekat warung teh susu. Sambil menunggu waktu mulai kerja di Masjid.

Ya, Samingan TKI, bergaji tiga juta. Agak murung dengan gaji itu, tapi merasa beruntung dapat beribadah, karena bekerja di tanah haram.

Ketika kami berpisah, kami tahu juga, bagai orang Yaman itu, itulah mungkin kali terakhir kami bertemu Samingan.

Hai orang Yaman, dan Samingan, warahmatullahiwabarakatuh. Itu salam gaib kami.




Salam kami juga untuk orang Pakistan tak bernama ini, yang pijatannya lembut melegakan, yang ceritanya tidak kami tulis di sini, yang, meski bersungguh-sungguh, kami cari-cari setelahnya, juga, tidak pernah terlihat lagi.


Salam, untuk semua, warahmatullah wabarakatuh.


Bahasa mempersatukan manusia, kelompok-kelompok tadi masih terpecah-pecah lagi dalam kelompok-kelompok kecil, kalau dari Indonesia, Kelompok Terbang, Kloter.

Dalam Kloter, berkumpullah orang-orang sesifat yang bercocok-cocokan tabiat, dalam kelompok kecil-kecil lagi. Selama musim ini akan kita lihat, ribuan orang-orang seperti ini. Dan setelah musim Haji, kembali ke kampungnya masing-masing melanjutkan hidupnya sendiri-sendiri, di dunia nafsi-nafsi. Jarang yang melanjutkan bersilaturrahmi kembali, apalagi bersahabat sampai mati. 
Kecuali beberapa gelintir yang sudah sehati.

Begitulah.


18 Oktober 2012.


Selasa, 13 November 2012

Madinah, Bulan Haji



Madinah kota Nabi.

Muhammad PBUH (Peace be upon him = ṣallā Allāhu ʿalay-hi wa-sallam).

Di tengahnya ada Masjid Nabawi.




Jamaah berkumpul di dalamnya. Pada bulan-bulan haji penuh terisi hampir setiap waktu. Yang hitam buta yang dibimbing, yang bersujud di atas kursi, yang duduk rapi, yang tegak mencari tempat yang agak longgar, yang terhenyak di kursi roda, serta ribuan yang sedang asik membaca ayat-ayat-Mu.

Semua tergenggam oleh gumam yang mengambang dalam ruang mesjid ini, semua memuji Engkau, semua fakir meminta pada Mu. 

Aku, manusia di antara malaikat-malaikat ini, merasa ingin, seperti perbuatan mereka itu jugalah semua jumlah perbuatanku dan seperti keinginan mereka itu jugalah jumlah semua keinginanku. 

Kalau aku meminta pada Engkau, yang memerintahkan malaikat-malaikat-Mu, tidak akan bukan manusianya aku.

Lihatlah.

Masih ada orang yang, meski terlihat jauh dari sebagai ulama, mengambil sebuah mushaf Al Quran, mengecupnya dengan penuh kasih sayang, dan dengan khidmat memilah lembarannya, membacanya dengan tertib penuh pengertian. Sangat menghormati.

Bukankah itu perilaku orang muslim?

Tidakkah mukmin di depanku ini menunjukkan cara berdoa, yang lama, dalam dan berlinangan air mata. Mengingatkan betapa fakirnya manusia, dan betapa bersyukurnya sebagian mereka. Dan Asma Allah yang berulang mengiang dari mukhlis yang duduk di belakang punggungku jadi pembukti betapa masih ada manusia yang ikhlas.

Bukankah itu perilaku orang saleh?

Dan kalau saf-saf bersambung bahu berbahu tanpa jarak, yang besar dan yang menghimpit di kiri kananmu, membuat tasyahud akhir terduduk bagai tasyahud awal.

Bukankah itu perilaku orang takwa?


Di dalam mesjid ini, di beberapa lokasi berkerumun jamaah mendengarkan seorang pemberi ceramah yang duduk di kursi agak tinggi dan agak besar. Pada satu kelompok disampaikan ceramah dalam bahasa Arab, yang lain dengan bahasa Urdu, atau bahasa Pakistan. Ada yang dalam bahasa Prancis. Yang jelas mereka menyampaikan lebih dari satu ayat.



Ceramah Bahasa Arab



Ceramah Bahasa Urdu



Ceramah Bahasa Perancis


Di ruang timur dan barat, bahkan banyak kelompok-kelompok seperti itu yang bagai kelas. Ada yang dikerumuni anak-anak yang belajar membaca, pelajar-pelajar remaja dengan kajian yang lebih tinggi. Ada pula yang berkumpul yang pesertanya sudah terlihat seperti para alim ulama. Lengkap, mulai belajar kata per suku kata hingga kajian setengah nabi. Karena pesan disampaikan umumnya dalam bahasa Arab, sebagian besar jamaah yang tidak merasa begitu berkepentingan, dan tidak dapat mengerti, mengacuhkan saja.



Kelas Alif Ba Ta



Kelas Kajian Remaja



Kelas Kajian Lanjut



Kelas Kajian Setengah Nabi
(Sedang Beristirahat Barangkali)


Ini Madinah, Mesjidnya Masjid Nabi, bulannya bulan haji, tentu saja 99,9 %, pengunjung kota ini, akan lebih menyempatkan diri untuk, tumpah ruah, melakukan shalat 40 waktu, atau berusaha keras melakukan ibadah di Raudhah dengan berbagai gaya dan cara. Dan yang lebih utama ziarah ke Makam Muhammad Rasulullah PBUH.
 


Jalan Ke Raudhah
 
 

Assalamualaika Ya Rasulullah, Warahmatullahi Wabarakatuh.



Oktober 2012







Minggu, 11 November 2012

27-29 Oktober 2012, Mina



Allahu Akbar.


Harapan tinggal harapan.
Semua diserahkan pada-Mu Tuhan.


Allahu Akbar.


Ketika hati meragu bak batu.
Inti cairnya menyimpan sisa.


Walillahilhamd.



Mina.

Di keramaian ini.

Aku bahkan tidak dapat berbuat apa.

Sejenak fikir, tidak.

Seucap ziikir, tidak.

Sepinta do'a .......


Allah. Allah. Allah.



Tasyrik, 27-29 Oktober 2012, Mina


Kamis, 25 Oktober 2012, Arafah



Labbaik Allahummalabbaik.
Labbaik Allahummalabbaik.
Labbaik Allahummalabbaik.


Di atas Arafah.
Tidak jauh dari Rahmah.
Semua tangan tengadah, ucapan dari isi-hati-isi-hati, beharap sama, dengan berjuta manusia menyuarakannya, bergema-gema.
Engkau membanggakannya.

Apakah sepadang pinta penuh linangan air mata ini?!
atau,
Engkau-lah yang semata?!


Labbaik Allahummalabbaik.
Labbaik Allahummalabbaik.
Labbaik Allahummalabbaik.







Haji itu Arafah


Yang berdo'a di celah batu, terkabullah.

Yang berdo'a di puncak Rahmah, terkabullah.

Yang berdo'a di tepi-tepi padang, terkabullah.



25 Oktober 2012.

Rabu, 24 Oktober 2012, Makkah



Labbaik Allahummalabbaik.
Labbaik Allahummalabbaik.
Labbaik Allahummalabbaik.


Dengan kiswah yang tidak lagi legam.
Dikangkangi batu-beton-batu dan kaca Zam Zam.
Dengan manusia sesak dalam relung Haram temaram.
Mereka, tamu, mereka, sang haji, menunggu tuju, Arafah.


Labbaik Allahummalabbaik.
Labbaik Allahummalabbaik.
Labbaik Allahummalabbaik.






24 Oktober 2012.

Jumat, 2 November 2012



Jumat, 2 November 2012


Langit tak berawan biru muda, benar-benar tidak berawan, matahari tegak di ubun-ubun, Masjid sesak, di semua lantai hingga sampai ke pelataran.
Di pelataran luar, masih setengah jam dari waktu zuhur, ribuan jamaah sudah lama kering terjemur.


Ini mesjid, mesjid terbesar, Masjidil Haram. Lantai bertingkat-tingkat, berpelataran, luasnya luar biasa. Tapi tetap tidak dapat menampung jamaah yang berdesakan. Penuh hingga jarak seribu langkah seputar Ka'bah. Melimpah ke pelataran, melimpah ke trotoar dan jalan-jalan. Berdesakan dan terus bertambah. Bukankah hari ini Jum'at pertama setelah hari-hari tasyrik. Semua akan datang, tak akan berhenti sebelum takbir. Ya, jika perlu sembahyang berdiri pun tidak apa apa. Tapi, akan selalu ada tempat tersedia, jadi tidak perlu khawatir.


Allahu Akbar.


Lalu, ditengah terik jarizah, semua berserah.



2 November 2012.

Sabtu, 10 November 2012

Ada Ketukan Dari Dalam Toilet

Ada ketukan dari dalam toilet.
Seseorang terperangkap di dalamnya.

Demikianlah.

Itu terjadi di dalam Boeing 747-400. Penerbangan 9 jam, Jakarta-Jeddah. Penumpang beragam pengalamannya. Beberapa, bahkan belum pernah meninggalkan kampung halamannya, sejak ia lahir di salah satu pelosok di Indonesia. Dan, hal itu agak terlihat lucu, tapi tidak mengherankan.

Masya Allah.

11 Oktober 2012.

Kisah Kita



Tak seorangpun yang dapat lari dari kisahnya sendiri.

Ada khatib yang tidak dapat hadir sesuai jadwal, karena meninggal dua hari sebelumnya. Ada rekan yang mendapatkan rekan satu pairingnya bermain golf, tergeletak begitu saja di atas rerumputan di tengah permainan, juga meninggal. Ada juga yang sedang akan mengunjungi seseorang yang sesang sakit, malah meninggal.

Itulah akhir kisah semua manusia. 

Nanti. 

Termasuk kisahku.



11 Nov 2012