Apa yang dibaca, berjilid-jilid, lebih banyak yang terlupakan dari pada yang teringat.
Apa yang dilihat, hanya meninggalkan bayang redup bercampur baur, terlalu ramai untuk kenang dikenang.
Apa yang didengar, sayup-sayup, telah lama semua bergema, samar, gema gemanya menjauh.
Tidak tercium sembarang bau apapun, tiap-tiap bau.
Mengecappun, hanya rasa demi rasa demi rasa, yang bergiliran lewat begitu saja, segala rasa.
Otak usang, indra hilang.
Apa yang tertinggal?
Apakah hati?
Ada?
Atau hanya sifatnya, sifat hati, yang tersisa?
Apabila semua yang dibaca, dilihat, didengar, dikecap, dan dinikmati, justru menjadi beban karena perolehan itu, lebih bagus jika akhirnya tidak memilikinya sama sekali, dan, akan lebih dari cukup apabila sudah mempunyai sebuah hati, dan apabila tidak berhati sekalipun, cukuplah jika ada sifat hati yang tersisa.
😇
Tidak ada komentar:
Posting Komentar