Minggu, 06 April 2014

Gorontalo

  


Pigi mancari.


 
'Pigi mancari'

Jika ditanya, atau ketika sapa menyapa. Itu kata-kata, jawaban umum masyarakat awam di Gorontalo.


Mana?

Pigi Mancari.



Cari apa?

Cari apa aja. Terutama cari penghidupan.


Berbicara dengan bahasa Indonesia bercampur bahasa daerah, tanpa basa basi. Bikin terkejut. Terutama bila berbicara dengan sopir bentor.

Tapi tidak apa-apa, mereka hanya sedang mancari. Semuanya baik-baik aja.



Djalaludin

 



 
Lapangan terbang Djalaludin, berada di barat danau Limboto. Di cekungan datar, sebuah lembah yang terlingkup perbukitan. Kalau akan mendarat, biasanya, pesawat terbang akan turun berputar bertahap ke cekungan itu, untuk kemudian mendarat, biasanya juga, dari arah danau Limboto, yang cukup luas cekungannya.


Pada subuh berkabut, pendaratan agak sedikit berbahaya. Siang berangin pun sama berbahayanya.





Tidak Boleh


 



Di Gorontalo, bentor jadi raja jalanan. Kemana pun pergi, bentor siap sedia.

Kecuali ....

Kecuali ke daerah berbukit terjal sepanjang pantai atau gunung-gunung di pedalaman.


Coba minta diantar ke Bongo, sebuah desa pantai di barat Gorontalo.


'Tidak boleh' jawabnya.

?

Siapa yang larang?

'Tidak boleh, soalnya bukit terjal,' dia bilang lagi sambil mengisyaratkan dengan lengannya, betapa terjal bukit-bukit kapur di sepanjang pantai itu.


Oo tidak bisa mendaki, bukan tidak boleh kalau begitu. Tidak apa-apa, jadi, kita pergi aja.


'Tidak boleh.'


Jawabannya masih sama.


Coba lagi dengan bentor lainnya.


'Tidak boleh.'


Jawaban setali tiga uang.


Di gas habis aja pada gigi satu, pasti bisa.

'Betul, bisa, tetapi, turunnya yang tidak bisa, sudah ada yang celaka. Jadi, ya, tidak boleh.'

 




Percakapan selanjutnya cukup menjelaskan.


 


 
Bentor, motor bebek, yang dipotong garpu roda depannya, disambung dengan semacam gerobak, dengan bentuk yang sedikit modis, dengan aksesoris, lampu, sistim suara, dan ditambahkan atap berbentuk mirip sayap serangga, ada di mana-mana. 

Yang hilang, rem depan sepeda motor. 

Karena gerobak yang ditambahkan tidak memiliki rem, bobot gerobak, ditambah penumpang, yang lebih berat, akan segera menarik kendaraan itu saat menurun terjal. Roda belakang dengan rem sekalipun, berikut supirnya, akan ikut turun terbawa.


'Ada beberapa yang sudah celaka, hantam itu batu besar,' ceritanya.


Bentor bisa naik ke bukit mana pun, tetapi berbahaya saat menurun. Jadi ya, itu berarti berbahaya, bukan berati tidak boleh kan?

'Ya, ya, betul begitu. Jadi kesana kita,' tegasnya lagi dengan tekanan suara khas Gorontalo, 'tidak boleh.'




Golf Gorontalo


 



Lapangan golf ada juga.

Di sebelah utara jalan ke Bandara.

Terlihat jelas pada saat pesawat terbang memulai perjalanan meninggalkan Bandara.

Ada sembilan hole kelihatannya.


 

 



 




Tidak ada komentar: