Di Rumah Sang Maha Penyayang.
Meski datang sudah agak awal, masih terasa terlambat.
Seorang terlihat sedang memberikan ceramah, duduk di hadapan mimbar, di atas sebuah hambal. Pelajaran yang disampaikan terasa lengkap dan mendalam.
Bau kasturi, memenuhi ruangan. Orang yang datang sebagian besar mengenakan baju terbaiknya, yang bekas strikaannya masih jelas tergaris, meski kebanyakan masih sangat sederhana.
Suara jelas, berkat sistim suara yang bagus. Dan, susunan penggemaan struktur mesjid ini yang cukup baik, sangat mendukung kejelasan kata yang diucapkan.
Sebagian besar, yang masuk, melakukan shalat dua rakaat. Orang tua yang datang dengan membawa anaknya yang masih kecil pun terlihat melakukannya. Mereka melakukannya bersebelahan.
Beberapa menit sebelum sampai waktu Zuhur, ceramah itu selesai.
Diteruskan dengan penjelasan dan pengumuman pengurus mesjid.
Berterima kasih pada para hadirin, menyebutkan pejabat, dan para ulama yang hadir. Berterima kasih pada yang telah menyampaikan saras dan terjemahan kitab kuning yang baru diselesaikan tadi (ternyata itu, baru tahu, makanya terasa dalam sekali). Menyampaikan undangan pengajian hari Minggu, melaporkan keadaan keuangan, memperkenalkan khatib imam dan bilal.
Beduk dibunyikan.
Beduk dengan irama pelahan semakin cepat iramanya dan semakin keras ketukannya, dan menjadi perlahan kembali dengan segera, diulangi lagi dengan irama pelan semakin cepat dan menjadi perlahan lagi. Diikuti ketukan pada kayu dinding bedug beberapa kali, dan diakhiri dengan beberapa pukulan akhir.
Azan
Sebagian besar melakukan shalat sunah lagi.
Dilanjutkan pengantar dari bilal, yang berdiri memegang tongkat khatib, menyampaikan pesan berdiam saat khatib berbicara pesan di mimbar, menyebutkan Allah berbersalawat pada Nabi dan seterusnya.
Khatib naik ke mimbar, sambil membawa tongkat yang dipegang bilal tadi dan duduk.
Azan lagi
Khatib berdiri menyampaikan pesan sesuai rukun kuthbah dan kemudian menyatakan akan berbicara masalah keadilan. Bersejarah tentang Nabi Daud dan kemudian anaknya Nabi sulaiman, menceritakan peristiwa perebutan bayi oleh dua orang ibu, menceritakan kisah bahwa Nabi Muhammad juga menyatakan akan memotong tangan anaknya jika anaknya telah mencuri, menyatakan Umar tidak berkeberatan apa-apa ketika anaknya yang berzina dihukum rajam, tentang Ali, yang ketika baju zirahnya dicuri, kemudian tuntutannya dikalahkan dalam persidangan karena tidak cukup bukti. Mengisyaratkan perbandingan semua itu dengan keadaan yang ada di dalam masyarakat saat ini.
Renungkanlah.
Semua contoh melakukan keadilan, dan keadilan tidak pandang bulu.
Khatib duduk sebentar.
Khutbah kedua disampaikan seperti biasa. Keselamatan bagi semua, sepanjang masa. Dan semua hal-hal terbaik yang diinginkan. Pinta penuh kecemasan dan harapan.
Iqama
Lalu semuanya berdiri, merapatkan barisan. Imam bersuara merdu memimpin, membacakan ayat-ayat dengan fasih dan mantap, saat-saat tertentu bahkan dapat membuat pendengarnya mengucurkan air mata.
Menambah kekhusyuan.
Hingga salam.
Doa mengakhiri semua kejadian itu, diaminkan terus menerus bersahut-sahutan, hingga serasa doa itu memenuhi hati, bergantungan di bawah kubah, di dalam Rumah ini. Menggemakan harapan ke tujuan asalnya.
Berangsur-angsur semua meninggalkan Rumah ini.
Rumah Sang Maha Penyayang.
Catatan :
Di Rumah Sang Maha Penyayang ini, pengunjung masih tidak perlu takut kehilangan alas kaki, meski tidak ada yang menjaganya. Baik bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar