Selasa, 06 Maret 2012

Langit-Langitku Lantaimu



Ada peribahasa : "Langit-langitku, lantaimu."

Tanpa sebab yang jelas, penjual, pemilik barang biasanya menilai sesuatu yang dimilikinya, yang dijual, lebih tinggi dari nilai yang rela dibeli atau diberikan orang yang tidak memiliki atau pembeli.

Jadi yang jual tanah atau rumah, menilai harganya tinggi. Calon pembeli bilang nggak mungkin semahal itu.

Langit-langitku, lantaimu.

Atau sebaliknya.


J Knetsch, D Thaler, dan D Kahneman, menyebutkannya sebagai "endowment effect". Apabila kita memiliki sesuatu, kita mulai memberikan apresiasi yang lebih tinggi dari pada orang yang tidak memilikinya. Begitu kata mereka.

Kepemilikan mengubah perspektif, membentuk positivity bias dan meningkatkan propensity to overvalue.

Kenapa?

Kata mereka :
1. Ada ikatan batin. Kita mencintainya.
2. Kalau mau menjual, fokus lebih pada melepas sesuatu atau kehilangan dari pada pada menerima. Gak mau ngerasa rugi.
3. Perbedaan sudut pandang para fihak yang bersangkutan. Penjual mau menjual 'miliknya' yang beda dengan pembeli yang mau membeli 'milik mereka'


Begitulah, kehidupan kita sepenuhnya kita dedikasikan pada memiliki sesuatu. Dan kalau sudah memperolehnya kita beri apresiasi lebih. Semakin keras usaha kita semakin tinggi nilai kepemilikannya.

Ada juga pengecualian sih. Tapi, umumnya kita memberi nilai lebih pada milik kita dari pada nilai yang sesungguhnya.

Lebih jauh lagi. Kepemilikan tidak semata-mata, uang, rumah, anak, atau materi lainnya. Kepemilikan termasuk juga memiliki pemikiran dan sudut pandang. Selanjutnya sampai pada ideologi dan lain-lain buah fikiran (termasuk agama?)

Yang dalam kurung ini mungkin ada benarnya, tapi agak kelewatan, itu cuma tambahan gw sendiri.


Dan Ariely bilang, kita manusia emang begitu, bahwa kita tidak rasional, dan hal itu dapat diduga.

Jadi ya, langit-langitku, lantaimu.

Harap maklum aja.


7 Maret 2012
Kutip, terjemah, ubah dan tambah, dari : "Predictably Irrational" oleh Dan Ariely.

Tidak ada komentar: