Waktu Xiang Yu selesai menyeberangi Sungai Yangtze untuk memerangi dinasti Qin tahun 210 BC, dia membakar semua kapal dan perlengkapannya. Waktu Thariq bin Ziyad menyeberangi selat gibraltar untuk memerangi Spanyol, tahun 1200-an, ia juga membakar seluruh kapalnya di pantai Spanyol.
Semua prajurit mereka tidak mempunyai pilihan, tidak bisa mundur lagi, harus maju terus, berperang, tanpa pilihan.
Katanya, mereka menang.
Cerita yang lain, seorang filsuf Perancis, Buridan, menggambarkan sikap manusia seolah seperti seekor keledai, yang dikenal dengan 'Keledai Buridan'.
Dalam keadaan lapar dan haus, sang keledai menemukan dirinya di persimpangan jalan, dengan pilihan dua sisi yang sama, kiri ada setumpuk jerami dan satu tong air, di kanan ada setumpuk jerami dan satu tong air.
Sang keledai termangu di simpang jalan, tidak tahu mau memilih jalan dengan jerami yang mana. Namanya juga keledai, nggak bisa mikir. Akhirnya, lapar dan mati.
Ini pengandaian filsuf aja sih.
Terus. Lebih dari setengah abad yang lalu, Erich S. Fromm sudah bilang, kebangkrutan manusia bukan karena tidak mempunyai kesempatan, tetapi karena dibingungkan oleh banyaknya pilihan kesempatan yang tersedia. Free will yang dimiliki manusia malah membuatnya bingung. Bahkan, menurut Erich, manusia pengen lari dari kebebasan itu.
Itu penjelasan bagi apa yang saya hadapi saat ini. Di zaman ini saya seperti keledai Buridan. Dua pilihan aja sudah bingung, apalagi mengadapi banyak sekali pilihan.
Gw sekarat oleh pilihan.
Menurut Erich, dalam keadaan begini biasanya manusia akan :
1. Ikut2an aja, akhirnya nggak menjadi sesuai keinginan dan harapannya sendiri.
2. Serahkan pada penguasa, menjadi anak buah Xiang Yu atau Thariq bin Ziyad. Dipilihin oleh yang lebih bisa mikir atau membiarkan orang lain atau penguasa yang memilihkan, atau
3. Menghancurkan dunia atau apa saja, sebelum dunia menggilingnya. Biasanya dunia yang menang. Atau, seperti Keledai Buridan, mati bediri.
Kok tragis ya.
Begitulah.
Saat ini, katanya, oleh banyaknya pilihan kita dihadapkan pada gambaran bahwa kita bisa melakukan hampir semua hal dan kita bisa menjadi apa saja yang kita inginkan. Tapi kita sebaliknya nggak bisa apa-apa, dan tidak jadi siapa-siapa, kecuali diri kita saat ini.
Masalahnya, adalah apa yang akan kita lakukan demi mewujudkan gambaran itu. Kita tidak tahu.
Makanya. Yuk.
Yuk, ngapain?.
Jangan jadi gw, kayak keledai sekarat.
Pilih dan wujudkan pilihan anda.
9 Maret 2012.
Kutip, terjemah, ubah dan tambah, dari : "Predictably Irrational" oleh Dan Ariely.