Jumat, 30 Maret 2012

Demo



Demonstrasi menentang kebijaksanaan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak, Maret 2012.




Siapa yang mendengar?


Yang Maha Mendengar.




Namun.


Keputusan tetap saja di tangan kita.


Ushalli

Selasa, 27 Maret 2012

Hukum 10.000 Jam



Peneliti, Anders Ericsson, bilang, untuk menjadi ahli memerlukan usaha minimal 10.000 jam.

Gladwell, dalam 'Outliers' menyatakan, sesuai dengan hukum 10.000 jam, kunci sukses pada bidang apa pun, kebanyakan, tergantung pada pengulangan kegiatan itu hingga 10.000 jam.

Jumlah 10.000 jam dapat dicapai dengan kegiatan 20 jam seminggu selama sepuluh tahun terus menerus.

Susah?

Memang.
Jadi jarang orang yang menjadi ahli dan berhasil.

Karena jarang, timbullah keadaan dimana keberhasilan akan terakumulasi pada orang yang berhasil.

Yang telah lama memulai, lebih dari 10.000 jam, dan masih meneruskan kegiatannya.

Hal ini sejalan dengan fenomena "the rich get richer and the poor get poorer" atau disebut "accumulative advantage" oleh Gladwell.

Bukan ilmu baru memang, Robert K. Merton, seorang sosiolog, menyebutnya "Efek Matius", soalnya sarinya sama seperti apa yang disebutkan dalam Injil Matius : "For unto everyone that hath shall be given, and he shall have abundance. But from him that hath not shall be taken away even that which he hath."

Maka berusahalah dengan bersungguh-sungguh lebih dari 10.000 jam. Maka anda akan sejahtera ever after.

Betul!

Betul, tapi, ada tapinya.

Hati-hati.

Anders Ericsson, bilang, manusia gua, biar berusaha 20.000 jam juga tetap aja manusia gua.

Tidak asal kerja.

Kerja apa dulu. Gimana kerjanya.

Kata dia, usaha 10.000 jam harus bersungguh-sungguh, deliberate, dan lain-lain, dan sebagainya.


Pengen tau?

Selancar aja layar-layar berikut

Malcolm Gladwell 'Outliers: The Story of Success' 2008.

K. Anders Ericsson, Michael J. Prietula, and Edward T. Cokely 'The Making of an Expert' harvard Business Review. 6-7 2007.

Sabtu, 24 Maret 2012

Cinta Korban



"Cinta tidak mengenal pengorbanan. Ketika kau sudah merasa berkorban, pada saat itu juga cintamu sudah mulai memudar."


(S Tejo. 'Ngawur Karena Benar')

25 Maret 2012.



Rabu, 21 Maret 2012

Ha Na Ca Ra Ka



Contoh dan cara menulisnya


Perhatikan baik-baik.
Apakah merasakan sesuatu?


Mmm. Jawablah sendiri.



Ha Na Ca Ra Ka



Kamis, 15 Maret 2012

Obat Kehidupan



Setiap penyakit ada obatnya.

Kehidupan, obatnya kematian.


Begitupula semua yang lain.

Apa yang tidak dapat disembuhkan dalam kehidupan, disembuhkan oleh kematian.


15 Maret 2011

Minggu, 11 Maret 2012

Ekspektasi



Alexander Pope bilang : "Bahagialah orang yang tidak memiliki ekspektasi, karena ia tidak akan pernah kecewa"

Tapi Ariely, menambahkan, tidak ada orang yang begitu. Di samping itu, hidup tanpa ekpektasi tidak akan meningkatkan kesejahteraan dan tidak dapat memberi nilai pada kehidupan dengan nilai yang lebih tinggi.

Bahaya, katanya, jika tidak memiliki ekspektasi. Bisa-bisa, akhirnya tidak ada yang akan diperoleh.

Ekspektasi positif akan menyempurnakan pandangan kita pada kehidupan dan alam sekitar.

Ekspektasi, lebih jauh lagi, dapat dibentuk, diarahkan, bahkan direkayasa, guna memperoleh hasil yang lebih optimal.



11 Maret 2012.
Kutip, terjemah, ubah, tambah : "Predictably Irrational" oleh Dan Ariely.


Kamis, 08 Maret 2012

Keledai Sekarat



Waktu Xiang Yu selesai menyeberangi Sungai Yangtze untuk memerangi dinasti Qin tahun 210 BC, dia membakar semua kapal dan perlengkapannya. Waktu Thariq bin Ziyad menyeberangi selat gibraltar untuk memerangi Spanyol, tahun 1200-an, ia juga membakar seluruh kapalnya di pantai Spanyol.

Semua prajurit mereka tidak mempunyai pilihan, tidak bisa mundur lagi, harus maju terus, berperang, tanpa pilihan.

Katanya, mereka menang.


Cerita yang lain, seorang filsuf Perancis, Buridan, menggambarkan sikap manusia seolah seperti seekor keledai, yang dikenal dengan 'Keledai Buridan'.

Dalam keadaan lapar dan haus, sang keledai menemukan dirinya di persimpangan jalan, dengan pilihan dua sisi yang sama, kiri ada setumpuk jerami dan satu tong air, di kanan ada setumpuk jerami dan satu tong air.

Sang keledai termangu di simpang jalan, tidak tahu mau memilih jalan dengan jerami yang mana. Namanya juga keledai, nggak bisa mikir. Akhirnya, lapar dan mati.

Ini pengandaian filsuf aja sih.


Terus. Lebih dari setengah abad yang lalu, Erich S. Fromm sudah bilang, kebangkrutan manusia bukan karena tidak mempunyai kesempatan, tetapi karena dibingungkan oleh banyaknya pilihan kesempatan yang tersedia. Free will yang dimiliki manusia malah membuatnya bingung. Bahkan, menurut Erich, manusia pengen lari dari kebebasan itu.

Itu penjelasan bagi apa yang saya hadapi saat ini. Di zaman ini saya seperti keledai Buridan. Dua pilihan aja sudah bingung, apalagi mengadapi banyak sekali pilihan.

Gw sekarat oleh pilihan.

Menurut Erich, dalam keadaan begini biasanya manusia akan :

1. Ikut2an aja, akhirnya nggak menjadi sesuai keinginan dan harapannya sendiri.
2. Serahkan pada penguasa, menjadi anak buah Xiang Yu atau Thariq bin Ziyad. Dipilihin oleh yang lebih bisa mikir atau membiarkan orang lain atau penguasa yang memilihkan, atau
3. Menghancurkan dunia atau apa saja, sebelum dunia menggilingnya. Biasanya dunia yang menang. Atau, seperti Keledai Buridan, mati bediri.

Kok tragis ya.


Begitulah.

Saat ini, katanya, oleh banyaknya pilihan kita dihadapkan pada gambaran bahwa kita bisa melakukan hampir semua hal dan kita bisa menjadi apa saja yang kita inginkan. Tapi kita sebaliknya nggak bisa apa-apa, dan tidak jadi siapa-siapa, kecuali diri kita saat ini.

Masalahnya, adalah apa yang akan kita lakukan demi mewujudkan gambaran itu. Kita tidak tahu.


Makanya. Yuk.

Yuk, ngapain?.


Jangan jadi gw, kayak keledai sekarat.

Pilih dan wujudkan pilihan anda.


9 Maret 2012.
Kutip, terjemah, ubah dan tambah, dari : "Predictably Irrational" oleh Dan Ariely.

Selasa, 06 Maret 2012

Langit-Langitku Lantaimu



Ada peribahasa : "Langit-langitku, lantaimu."

Tanpa sebab yang jelas, penjual, pemilik barang biasanya menilai sesuatu yang dimilikinya, yang dijual, lebih tinggi dari nilai yang rela dibeli atau diberikan orang yang tidak memiliki atau pembeli.

Jadi yang jual tanah atau rumah, menilai harganya tinggi. Calon pembeli bilang nggak mungkin semahal itu.

Langit-langitku, lantaimu.

Atau sebaliknya.


J Knetsch, D Thaler, dan D Kahneman, menyebutkannya sebagai "endowment effect". Apabila kita memiliki sesuatu, kita mulai memberikan apresiasi yang lebih tinggi dari pada orang yang tidak memilikinya. Begitu kata mereka.

Kepemilikan mengubah perspektif, membentuk positivity bias dan meningkatkan propensity to overvalue.

Kenapa?

Kata mereka :
1. Ada ikatan batin. Kita mencintainya.
2. Kalau mau menjual, fokus lebih pada melepas sesuatu atau kehilangan dari pada pada menerima. Gak mau ngerasa rugi.
3. Perbedaan sudut pandang para fihak yang bersangkutan. Penjual mau menjual 'miliknya' yang beda dengan pembeli yang mau membeli 'milik mereka'


Begitulah, kehidupan kita sepenuhnya kita dedikasikan pada memiliki sesuatu. Dan kalau sudah memperolehnya kita beri apresiasi lebih. Semakin keras usaha kita semakin tinggi nilai kepemilikannya.

Ada juga pengecualian sih. Tapi, umumnya kita memberi nilai lebih pada milik kita dari pada nilai yang sesungguhnya.

Lebih jauh lagi. Kepemilikan tidak semata-mata, uang, rumah, anak, atau materi lainnya. Kepemilikan termasuk juga memiliki pemikiran dan sudut pandang. Selanjutnya sampai pada ideologi dan lain-lain buah fikiran (termasuk agama?)

Yang dalam kurung ini mungkin ada benarnya, tapi agak kelewatan, itu cuma tambahan gw sendiri.


Dan Ariely bilang, kita manusia emang begitu, bahwa kita tidak rasional, dan hal itu dapat diduga.

Jadi ya, langit-langitku, lantaimu.

Harap maklum aja.


7 Maret 2012
Kutip, terjemah, ubah dan tambah, dari : "Predictably Irrational" oleh Dan Ariely.

Senin, 05 Maret 2012

Keputusan-Keputusan Yang Menyejahterakan



Ralph Keeney, Duke Uni, menyatakan bahwa pembunuh nomor satu di Amerika bukan kanker, bukan sakit jantung, bukan rokok dan bukan juga kebanyakan lemak.

Dia bilang ketidakmampuan kita mengambil keputusan yang benar dalam memilih gaya hidup dan kebiasaan yang salah lah penyebab utama.

Harapan hidup yang panjang dan sejahtera dimasa yang akan datang, tidak banyak tergantung pada teknologi kedokteran tetapi lebih pada perbaikan dalam kemampuan mengambil keputusan yang menyejahterakan.

Kebiasaan kita untuk memperoleh keberhasilan dan kenikmatan segera dan immediate serta tidak berfikir jauuuh ke depan menyebabkan kita memilih merokok, makan enak meski membahayakan, atau santai aja dari pada berolah raga.

Enak sekali kan?

Keputusan-keputusan ada ditangan kita. Kita sesungguhnya sering tidak rasional kata Dan Ariely.

Jadi cobalah buat keputusan-keputusan yang menyejahterakan, sekarang dan masa yang akan datang. Walaupun masa depan kita tidak begitu jelas terbayang.


Nah.

Sebagai tambahan.

Bagi Saudara-saudara dan gw sendiri yang katanya percaya akhirat.

Sudahkah mengambil keputusan yang menyejahterakan?

Gw mah rasanya masih jarang-jarang. Itu pun masih dalam 'rasanya' aja.


6 Maret 2012
Kutip dari : "Predictably Irrational" oleh Dan Ariely.



Sabtu, 03 Maret 2012

Kita, Kita



Hati-hati.

Hati yang teraduk,

marah, cemburu, terrangsang, sedih, senang, gembira, dengki, hasad dan segala isinya.


Semua isi, yang teraduk dalam hati.
Membuat kita, kita.


Itulah kita.


Jadi, hati-hatilah.


4 Maret 2012

Jumat, 02 Maret 2012

Jalan Tak Berujung



Jalan tak berujung


Dalam semua keterbatasan dunia.

Makhluk membuatnya tak berbatas.


Berjalan tanpa menoleh.

Menembus semua batas.

Sampai, pada jalan yang tak lagi mampu ditempuh.


Jalan tak berujung.


3 Maret 2012




Kamis, 01 Maret 2012

Yang Ditunda, Yang Diabaikan



Yang ditunda dan yang di abaikan.

Kemiskinan itu bagaikan suatu hukuman atas kejahatan yang tidak anda lakukan.

Anda bukan penjahat.
Maka anda seharusnya tidak boleh miskin.

Apakah ini penundaan atau pengabaian?


2 Maret 2012