Rabu, 31 Maret 2021

Jamaah

Jum'at di perkampungan Indonesia

Jamaah berdatangan.

Kebanyakan berbaju putih.

Yang berbaju biasa mengenakan sarung dan  berpenutup kepala, entah itu kopiah atau topi haji. Mulai dari anak-anak sampai yang sudah tua.

Para penggamis tentu saja serba putih dan bersorban putih juga.

Rata-rata melaksanakan shalat sunat tahiyyatul masjid. Setelah itu tidak lupa menyalami jamaah lain yang duduk disekitarnya. Yang merasa lebih muda akan takzim menciumi tangan yang lebih tua, begitulah, rasa-rasa bersaudara.

Yang sudah lebih dahulu datang. Seolah i'tikaf. Diam. Berzikir. Atau merenung dalam keadaan masing-masing.

Suasana penuh adab.

Bayangkan tiba-tiba ada engkau disitu, sendiri, seorang diri, memakai celana panjang bukannya  bersarung. Bajumu belang berkerah umum masyarakat awam. Gundulmu menjundul bersombongan, terlihat kurang sopan tanpa penutup kepala. Ragu-ragu ketika menerima atau memberi jabat, apatah lagi mencium tangan. Wagu. Semua, akan, setidaknya, melirik kepadamu.

Terlebih sekali engkau mengenakan masker, seolah menghadapi bahaya yang amat mengerikan akibat adanya penyakit menular, dan memang begitu engkau mempercayainya, sementara semua jamaah yang lain tidak berpenutup mulut, merasa biasa-biasa saja.

Oo alah. Apalah Covid-19 ini.

Wallahu'alam

MusimPandemi 2020.


Sabtu, 13 Mei 2017

Sabtu, 10 Desember 2016

Mar'ie Muhammad




Diceritakan oleh Jody Koesmendro.
  

"Saya pernah dapat tugas jadi ajudan beliau waktu hari keuangan, bertugas membawakan map berisi pidato amanat. 

Waktu hampir sampai ke mimbar dia bertanya tentang buku yang dibawa para peserta upacara yang terlihat olehnya. Saya katakan buku itu berisi pidato beliau. Beliau bilang suruh baca saja sendiri, 'kenapa saya harus bacakan.' 

Akhirnya diumumkan panitia bahwa amanat inspektur upacara dapat dibaca sendiri pada buku yang telah dibagi. 

Praktis dan sederhana itulah beliau. 

Selamat jalan Mr Clean."



🙏😇🙏

Jumat, 02 Desember 2016

212 : Menjadi Saksi, Berusaha Memperbaiki Hati




Ada yang mengatakan, lebih dari satu juta. Ada yang bilang dua ratus ribu, bahkan ada yang menetapkan hanya empat puluh lima ribu. Mungkin, tujuh puluh dua ribu.

Kukatakan

Mereka ratusan juta.

Untuk beribu-ribu pujian, yang tidak ada manusia yang pantas menerima pujian itu.

Untuk puluhan ribu rasa syukur, yang tidak ada yang akan mampu menambahkannya dengan karunia apapun.

Untuk ratusan ribu pengakuan, hanya pada satu pengakuan.

Tidakkah engkau mengetahui bahwa sebuah suara yang membesarkan asma-Nya, betapapun lirihnya, dapat mengundang ribuan malaikat, yang berlomba mendekat, untuk serta menyuarakannya. Langit diatas kerumunan itu pastilah dipenuhi jutaan mereka yang menggemakan suara itu menembus langit. Maha Besar Allah.






🙏😇🙏






🙏😇🙏





🙏😇🙏




🙏😇🙏

Senin, 21 November 2016

Sabtu, 15 Oktober 2016

Membayar Utang

  

Kalau anda berutang, belum anda bayar, si pemberi utang meninggal, atau tidak dapat anda temukan lagi. Bagaimana?

Katanya, sumbangkan saja sejumlah utang itu, niatkan sebagi pembayar utang, agar segala balasan terkait dengan sumbangan itu mengalir kepada pemberi utang.

Rekening dibawah pengawasan Tuhan akan memperhitungkannya dengan lebih teliti, lebih menguntungkan, dan lebih real time dari perhitungan bank mana pun.

Jadi kalau masih ada utang tersisa, lunasilah, dan jangan berutang lagi.



🙏😇🙏

Rabu, 03 Agustus 2016

Jose Mujica




Jose Mujica  






🙏😇🙏