Minggu, 11 November 2012
Rabu, 24 Oktober 2012, Makkah
Labbaik Allahummalabbaik.
Labbaik Allahummalabbaik.
Labbaik Allahummalabbaik.
Dengan kiswah yang tidak lagi legam.
Dikangkangi batu-beton-batu dan kaca Zam Zam.
Dengan manusia sesak dalam relung Haram temaram.
Mereka, tamu, mereka, sang haji, menunggu tuju, Arafah.
Labbaik Allahummalabbaik.
Labbaik Allahummalabbaik.
Labbaik Allahummalabbaik.
24 Oktober 2012.
Jumat, 2 November 2012
Jumat, 2 November 2012
Langit tak berawan biru muda, benar-benar tidak berawan, matahari tegak di ubun-ubun, Masjid sesak, di semua lantai hingga sampai ke pelataran.
Di pelataran luar, masih setengah jam dari waktu zuhur, ribuan jamaah sudah lama kering terjemur.
Ini mesjid, mesjid terbesar, Masjidil Haram. Lantai bertingkat-tingkat, berpelataran, luasnya luar biasa. Tapi tetap tidak dapat menampung jamaah yang berdesakan. Penuh hingga jarak seribu langkah seputar Ka'bah. Melimpah ke pelataran, melimpah ke trotoar dan jalan-jalan. Berdesakan dan terus bertambah. Bukankah hari ini Jum'at pertama setelah hari-hari tasyrik. Semua akan datang, tak akan berhenti sebelum takbir. Ya, jika perlu sembahyang berdiri pun tidak apa apa. Tapi, akan selalu ada tempat tersedia, jadi tidak perlu khawatir.
Allahu Akbar.
Lalu, ditengah terik jarizah, semua berserah.
2 November 2012.
Sabtu, 10 November 2012
Ada Ketukan Dari Dalam Toilet
Ada ketukan dari dalam toilet.
Seseorang terperangkap di dalamnya.
Demikianlah.
Itu terjadi di dalam Boeing 747-400. Penerbangan 9 jam, Jakarta-Jeddah. Penumpang beragam pengalamannya. Beberapa, bahkan belum pernah meninggalkan kampung halamannya, sejak ia lahir di salah satu pelosok di Indonesia. Dan, hal itu agak terlihat lucu, tapi tidak mengherankan.
Masya Allah.
11 Oktober 2012.
Kisah Kita
Tak seorangpun yang dapat lari dari kisahnya sendiri.
Ada khatib yang tidak dapat hadir sesuai jadwal, karena meninggal dua hari sebelumnya. Ada rekan yang mendapatkan rekan satu pairingnya bermain golf, tergeletak begitu saja di atas rerumputan di tengah permainan, juga meninggal. Ada juga yang sedang akan mengunjungi seseorang yang sesang sakit, malah meninggal.
Itulah akhir kisah semua manusia.
Nanti.
Termasuk kisahku.
11 Nov 2012
Selasa, 25 September 2012
Slenco
Maksudnya : Nggak nyambung aja.
Dinyanyikan bergantian setiap barisnya, oleh perempuan dan lelaki.
"Slenco", Karya Cak Diqin.
"Indongaret", Karya A. S. Kurnia, Tinta di atas kanvas, 200 X 100 cm, 2012.
"Sulit Dipegang Ekornya", Karya Putu Sutawijaya, Mixmedia di atas kanvas, 140 X 120 cm, 2012.
"Isuk Dele Sore Tempe", Karya Sarwo Prasojo, Arkilik di atas kanvas, 150 X 120 cm, 2012.
"Gusdurian", Karya Hadi Soesanto, Akrilik di atas kanvas, 120 X 180 cm, 2012.
Akhir September 2012, Bentara Budaya
Selasa, 18 September 2012
Ranca Buaya
Ranca Buaya.
Pantai Ranca Buaya
Di Ranca Buaya, nelayan melaut sesuai musim.
September, lagi musim ikan Layur. Harga nelayan Rp 10.000 sekilo. Cukup bagus, karena Layur ini, "Ikan PT," katanya. Maksudnya perusahaan pengepul. "Di ekspor lewat Jakarta," katanya lagi.
Nelayan Ranca Buaya
Seratus mata pancing, diikat berjajar pada tali sepanjang seratus meter, diakhiri dengan pemberat 2 kilogram, mereka tebar memanjang pada kedalaman 200 depa. Satu malam dapat menghasilkan satu setengah kwintal ikan, dibagi bertiga. Musim yang bagus.
Ikan Pari juga merupakan tangkapan baik saat ini. Nelayan turun ke laut dengan mata pancing lima belas ikat, seikatnya terjajar seratus mata pancing. Dengan seribu lima ratus mata pancing dapat mengangkat sampai empat kwintal Pari semalam. Lebih lumayan.
September akhir ini merupakan musim Selatan tua, menjelang akhir musim angin Selatan. Sebentar lagi, kira-kira sebulan, ketika musim hujan tiba, datang musim Tenggiri, Tongkol dan ikan Kakap. Maka ikan-ikan itulah yang akan mereka tangkap.
Di Ranca Buaya, ikan Kembung dianggap ikan lokal, murah, paling-paling harganya lima ribu sekilo, jarang ada yang mau mengusahakan.
Ikan Layur, Kerisi, Dan Tenggiri Goreng
Begitulah kehidupan nelayan. Musim mempermainkannya. Ketika baik, menyenangkan, tetapi ketika laut tidak bersahabat, kepada alamlah mereka mengharap kemudahan.
Biasanya mereka turun ke laut malam dan pulang pada pagi hari. Jadi, pagi terang, langit biru laut, laut lebih dari biru langit, merupakan saat paling sibuk di tepian ini.
Selain itu, dengan hawa pantai dan pergaulan dengan ikan yang beraroma khas, kehidupan nelayan Ranca Buaya jalan pelahan, namun umumnya mereka terlihat sejahtera dan berkecukupan.
September 2012.
Salaam.
Jumat, 14 September 2012
Langganan:
Postingan (Atom)