Kamis, 21 April 2011
Apa Yang Terjadi?
Apa Yang Terjadi?
Terbaring di ranjang bersih, mencerna apa yang terjadi pada dirinya.
Ia mendengar.
Lamat, tapi tegas, suara khatib menyeru takwa, menyampaikan salawat, dan beberapa nasihat.
Suaranya teratur, tidak lambat, tidak juga terburu-buru.
Suara yang bulat, jelas, tegas.
Nasehat kali ini tentang do’a yang tidak terhalangi, orang yang puasa, pemimpin yang adil, dan orang yang teraniaya.
Bulan puasa sudah lama lewat bahkan kini menjelang hari raya haji.
Apakah khatib mengarah ke kasus mutakhir yang terkait para pemimpin? Tentang pemimpin yag kurang adil? Tak ada satupun pemimpin yang merasa berbuat tidak adil. Jadi bukan kesitu arah nasehat ini.
Tentang orang yang teraniaya? Nasehat terkait dengan masalah aniaya ini, ia juga menyampaikan sesuatu yang agak keras. Jangan menganiaya, jangan mau teraniaya!! Apakah ini hasutan agar para teraniaya bersegera melawan penganiaya? Tetapi tidak ada nada hasutan itu.
Suaranya teratur, tidak lambat, tidak juga terburu-buru.
Suara yang bulat, jelas, tegas.
Lamat, tapi tegas, suara khatib menyeru takwa, menyampaikan salawat, dan beberapa nasihat.
Suaranya teratur, tidak lambat, tidak juga terburu-buru.
Suara yang bulat, jelas, tegas.
Mengapa nasehat itu begitu menyentuh?
Sangat terkait dengan situasi kini?
Prihatin tumbuh pada pendengarnya?
Tetapi khotbah ini begitu singkat baginya.
Serasa dahaga belum sirna ketika khatib menutup khutbahnya.
Suara yang bulat, jelas, tegas.
Tidak seperti biasanya khotbah yang panjang dan mengggebu, ini khotbah sesuai sunnah untuk tidak berlama-lama.
Begitu mengena?
Khotbah ini begitu singkat.
Serasa dahaga ini belum sirna ketika khatib menutup khutbahnya.
Terbaring di ranjang bersih ini, mencerna apa yang terjadi pada dirinya.
Lamat, tapi tegas, suara khatib menyeru takwa, menyampaikan salawat, dan beberapa do’a.
Suaranya teratur, tidak lambat, tidak juga terburu-buru.
Suara yang bulat, jelas, tegas.
Khotbah Selesai.
Ketika takbir, Jum’at segera didirikan, ia berdiri, membersihkan diri di kamar mandi, kemudian bersiap-siap, menyeleaikan proses administrasi.
Ketika ia keluar dari gerbang rumah sakit itu, waktunya bersamaan dengan jajaran manusia yang keluar dari mesjid di sebelah rumah sakit, selesai sembahyang Jum’at.
Ia membayangan siapakah khatib tadi yang suaranya terdengar lamat, tapi tegas, suara yang menyeru takwa, menyampaikan salawat, dan beberapa do’a.
Suara yang teratur, tidak lambat, tidak juga terburu-buru.
Suara yang bulat, jelas, tegas.
Di atas, langit bulan Desember yang seharusnya mendung sarat oleh awan hujan, malah biru berkilauan.
Ia merasa sehat.
Minggu, 13 Maret 2011
Jumat, 07 Januari 2011
Tahun Baru?
Berapa lama kita sudah bergaul. Menghabiskan tahun demi tahun.
Kala suka, tertawa. Tidak terlalu mentertawakan. Sedih, mendengarkan. Tidak terlalu menyalahkan.
Masa-masa baik, yang, kalau ada saat tidak baiknya dengan ikhlas engkau simpan dihati.
Sehingga, hanya kebaikanlah yang aku rasakan.
Apa lagi yang harus aku harapkan? Syukur. Puji Tuhan.
Mudah2an.
Tahun mendatang.
Waktu akan menyempurnakan apa yang telah kita alami.
Sabtu, 11 Desember 2010
Indah
Keindahan adalah : Kata-kata, perbuatan dan senyum, yang lembut dan sederhana.
Keelokan adalah : Hati yang seimbang, tertib, dan terpelihara.
Sabtu, 09 Oktober 2010
Mengalami
Ketika aku renungkan bahwa seisi alam tidak ada yang abadi, dan kehidupanku sendiri akan ada akhirnya,
lalu,
hal yang mungkin kurasakan paling bernilai dalam kehidupanku ini adalah 'mengalaminya'.
Mengalami kehidupan ini sangat tidak ternilai.
Ketika merenungkan, mengalami ada Engkau dikehidupanku, aku tidak tahu, apakah aku mau tersenyum atau menangis mengenangnya.
Sabtu, 11 September 2010
Idul Fitri
Kekasihku
Kata-kataku jauh dari halus. Sehalus apapun aku berucap, akan ada suara yang melukai hatimu.
Bijaksana, sungguh sebuah kata yang sangat asing bagiku. Sebijak apapun aku bertindak, justru ketidakbijakan yang sering merusak rasa riangmu.
Jiwamu terusik, hatimu masgul. Karena salah dan khilaf tidak pernah lepas dari laku dan kata ku.
Sedalam apapun aku berusaha, hatiku tak kan mampu memahami isi hatimu. Apalagi melihat akibat kata dan bekas luka yang kubuat. Mungkin, akan hanya tinggal sesal yang akan memberatkan hatiku.
Kalau ada kuperoleh kegembiraan hari ini, yang akan menenangkanku, itu karena hatimu yang memaafkanku.
Iya, Sayangku
Dengan hati yang mengharu biru ini, aku Mohon Maaf atas semua hal yang mengusik kebersahajaanmu.
Maafkan aku ya, Sayang.
Senin, 08 Maret 2010
Seputar Muria
Entah dimana aku mendengarnya.
'Berkata dengan rasa.'
'Mendengar dengan hati.'
Mungkin disini.
'Menara Kudus'
Atau disini.
'Masjid Demak'

Lupa.
Langganan:
Postingan (Atom)