Jamaah berdatangan.
Kebanyakan berbaju putih.
Yang berbaju biasa mengenakan sarung dan berpenutup kepala, entah itu kopiah atau topi haji. Mulai dari anak-anak sampai yang sudah tua.
Para penggamis tentu saja serba putih dan bersorban putih juga.
Rata-rata melaksanakan shalat sunat tahiyyatul masjid. Setelah itu tidak lupa menyalami jamaah lain yang duduk disekitarnya. Yang merasa lebih muda akan takzim menciumi tangan yang lebih tua, begitulah, rasa-rasa bersaudara.
Yang sudah lebih dahulu datang. Seolah i'tikaf. Diam. Berzikir. Atau merenung dalam keadaan masing-masing.
Suasana penuh adab.
Bayangkan tiba-tiba ada engkau disitu, sendiri, seorang diri, memakai celana panjang bukannya bersarung. Bajumu belang berkerah umum masyarakat awam. Gundulmu menjundul bersombongan, terlihat kurang sopan tanpa penutup kepala. Ragu-ragu ketika menerima atau memberi jabat, apatah lagi mencium tangan. Wagu. Semua, akan, setidaknya, melirik kepadamu.
Terlebih sekali engkau mengenakan masker, seolah menghadapi bahaya yang amat mengerikan akibat adanya penyakit menular, dan memang begitu engkau mempercayainya, sementara semua jamaah yang lain tidak berpenutup mulut, merasa biasa-biasa saja.
Oo alah. Apalah Covid-19 ini.
Wallahu'alam
MusimPandemi 2020.