Di atas metro mini Nomor 69 jurusan Ciledug Blok M, keadaan agak sepi dari biasanya. Hari menjelang sore ketika minibus itu melewati depan pasar Mayestik menuju Blok M. Kalau biasanya pengamen bergiliran masuk ke minibus ini, kali ini, setelah seorang pengamen menyelesaikan hajatnya dan turun, naiklah seorang berbaju koko hijau muda, mengenakan masker, dan memulai aksinya.

Bulan ini bulan Ramadhan menurut penanggalan Arab.
Jadi, anak muda yang satu ini tidak bernyanyi atau mengadakan pertunjukan apa-apa, tetapi, sesuai dengan suasana bulan, ia menyampaikan dakwah, mengamalkan perintah 'sampaikanlah meski hanya satu ayat'
Luar biasa. Dengan bahasa arab yang diucap fasih, suara mantap yang seharusnya dapat membuat penceramah tanggung menjadi malu diri jika mendengarnya, ia mengutip sebuah hadis yang cukup terkenal yang sudah umum dan sudah sering juga kudengar, saking seringnya membuat aku tidak berusaha menghafalnya. Tetapi kalau ada orang yang membacanya aku pasti bisa menirukan.
Kuingat ada kata-kata "imanan wahtisaban" ada juga kata-kata ampunan "ghufira lahu", kalau tidak salah, karena ada bagian artinya berupa pengampunan atas dosa-dosa sebelumnya.
Kemudian ia melanjutkan penjelasannya, dengan bahasanya yang hidup dan berwibawa, betapa manusia hidup tidak terhindar dari berbuat kesalahan, tiada hari tanpa dosa, bahkan bergelimang dosa. "Bayangkan kalau dosa itu ditampakkan dengan benjolan di tubuhmu, engkau pasti sudah tidak berbentuk," katanya. Sungguh keras kata-kata benarnya itu, seolah dia tahu aku salah satu bukti kebenaran kata-katanya.
Kesalahan memang mengintai manusia setiap saat. Contohnya, saat aku menulis hal ini, mungkin aku telah menambah dosa jika ada fitnah di dalamnya.

Tapi kulihat kata-katanya tidak mempengaruhi para penumpang yang lain, sama sekali, masing-masing tetap dengan kesibukannya sendiri-sendiri. Mungkin karena tidak satupun penumpang ini yang mempunyai benjolan di tubuhnya. Mungkin juga semua sudah pasti bahwa ini sih ngamen juga ujung-ujungnya, jadi, tidak acuh kepadanya.
Memang agak susah jadi juru dakwah saat ini. Isi dakwahnya menjadi tidak penting. Semua merasa sudah tahu. Memang sebenarnya sudah tahu juga sih, tetapi masih jarang yang menjalankan, meski berulang diingatkan.
Tapi ya, Allah Maha Pengampun. Sesuai bagian akhir hadits itu, apabila sesuai dengan syarat-syaratnya semua kesalahanmu yang lalu akan terampuni. Jadi sedikit menenangkan juga, terutama bagi pendosa sepertiku.
Ampunkanlah aku, ya Tuhanku.
"Aamiin."
Kalau yang begitu, aku pasti cepat mengaminkan.

Dan sepertinya semua penumpang sudah maklum jika sang juru dakwah ini akhirnya mengeluarkan kantung. Kalau pengamen biasanya menggunakan plastik bekas bungkus permen atau apa saja seadanya, yang satu ini menggunakan kantung kain hitam yang terjahit rapi lengkap dengan jeratan pengikat dimulut kantung itu. Terlihat professional sekali. Tapi terlihat jumlah ketip yang dihasilkannya sungguh tidak ada artinya. Dia berlalu tanpa senyum dan turun dekat PLN. Blok M sudah terlalu dekat, tidak ada pengamen lain yang naik lagi.
Sementara itu, meski sudah agak sore, panas masih membakar Jakarta.
Hmm.
Do'akanlah : "Kalau baik niatnya, berlipat hal baiklah yang pantas didapatkannya sebagai imbalan, penuhkanlah imbalan itu. Kalau sedikit kurang pas niatnya, ampunilah dia, dan ganjarlah dia dengan berlipat hal yang baik juga, tidak kurang dari itu.
"Aamiin"
Kabulkanlah.
Kabulkanlah.
Untuk semua.
Pinta ini dari atas minibus enam puluh sembilan.
Dosa dihapuskan, pahala dilipatgandakan.
Bukankah bulan ini bulan Ramadhan.
Puji Tuhan.
Blok M, 24 (bukan 69) Juli 2012.